PROSES YANG MEMPENGARUHi PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM
ORGANISASI
Pendahuluan
Dalam pengambilan keputusan diorganisasi, para ahli telah
melakukan studi dan telah mengemukakan beberapa teori yang dapat dijadikan
rujukan untuk orang-orang yang berada diorganisasi untuk dapat mengenali dan
menyikapi penjelasan serta proses dalam mengambil keputusan. Pengambilan
keputusan merupakan suatu unsur yang penting didalam organisasi. Jika tidak
diamati secara seksama, beberapa dampak negatif dan hal yang tidak diinginkan
dalam organisasi dapat terjadi. Untuk itu melalui makalah ini, kami dari
kelompok III, menempatkan beberapa aspek pengambilan keputusan yang
mempengaruhi dalam organisasi. Dari tahapan/ proses sampai dengan kesimpulan
dan saran yang nantinya dapat pembaca temui melalui makalah ini.
Pengertian Keputusan. [1] Menurut Siagian
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat
alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
Pengertian Organisasi. Suatu unit sosial yang
dikordinasikan secara sengaja, terdiri dari dua orang atau lebih yang berfungsi
pada suatu basis yang relatif bersinambung untuk mencapai tujuan atau
serangkaian tujuan.
Secara umum jenis pengambilan keputusan dapat
dikategorikan dalam dua
bentuk, yakni keputusan terprogram dan keputusan tidak
terprogram [2]
Keputusan
terprogram
Keputusan terprogram
adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali dan diambil
secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut
pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan
pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi.
Keputusan
tidak terprogram
Keputusan tidak
terprogram muncul sebagai akibat dari suatu situasi di mana ada suatu
kemendesakan untuk segera mengambil tindakan dan memecahkan masalah yang
timbul. Biasanya keputusan ini bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukar
mengenali bentuk, hakekat dan dampaknya
Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan
Keputusan
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi
terhadap suatu masalah [problem], kesadaran akan adanya suatu masalah dan suatu
keputusan perlu diambil yang merupakan suatu isu perseptual. Setiap keputusan
menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap suatu informasi. [3]
PENGERTIAN PERSEPSI
Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola
dan menafsirkan yang dapat ditangkap oleh panca indera mereka dalam rangka
memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikian apa yang
dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang obyektif.
Menurut Daviddof, persepsi adalah
suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indera yang
kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang
diinderanya itu.
Menurut Notoatmodjo (2005), ada
banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk dalam rentang perhatian
seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada
objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang
mempersepsikan stimulus tersebut:
1. Faktor Eksternal
Kontras. Cara termudah dalam menarik
perhatian adalah dengan membuat kontras baik warna, ukuran, bentuk atau
gerakan.
Perubahan Intensitas. Suara yang
berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas
tinggi akan menarik perhatian seseorang.
Pengulangan [repetition].
Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak termasuk
dalam rentang perhatian kita, maka akan mendapat perhatian kita.
Sesuatu yang baru [novelty].
Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu
yang telah kita ketahui.
Sesuatu yang menjadi perhatian orang
banyak. Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik
perhatian seseorang.
2. Faktor Internal
Pengalaman atau pengetahuan. Merupakan
faktor yang sangat berperan penting dalam menginterpretasikan stimulus yang
kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan
menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.
Harapan [expectation]. Sesuatu
akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.
Kebutuhan. akan menyebabkan seseorang
menginterpretasikan stimulus secara
berbeda.
Misalnya seseorang yang mendapatkan hadiah
sebesar 30 juta akan
merasa
banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor, akan tetapi ia akan
merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli sebuah rumah.
Motivasi. Mempengaruhi persepsi
seseorang dan membangkitkan semangat seseorang. Seseorang yang termotivasi
untuk rajin belajar maka orang tersebut menginterpretasikan malas sebagai
sesuatu yang negatif.
Emosi. Seseorang akan mempengaruhi
persepsinya terhadap stimulus yang
ada.
Misalnya seseorang yang sedang patah hati maka orang tersebut akan
mempersepsikan semuanya serba sakit hati.
Budaya. Seseorang dengan latar
belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam
kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar
kelompoknya sebagai sama saja.
Pelaku
persepsi. Bila seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu. Dan di dalam persepsi
itu sendiri tergantung dari tingkat pendidikan, jika seseorang itu
pendidikannya tinggi maka persepsinya sangatlah baik, jika seseorang itu minim
akan pendidikan maka persepsinya kurang begitu baik. Dalam faktor pelaku
pesepsi ini terdiri atas sikap, motif, pendidikan, tujuan, manfaat,
kepentingan, pengalaman dan pengharapan.
Target.
Karakteristik-karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi apa
yang dipersepsikan. Karena target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi,
hubungan suatu target dan latar belakangnya mempengaruhi persepsi., seperti
kecenderungan kita untuk megelompokkan benda-benda yang berdekatan atau mirip.
Faktor target ini terdiri atas hal baru, gerakan,bunyi, ukuran, latar belakang
dan kedekatan.
Situasi.
Penting bagi kita melihat konteks objek atau peristiwa. Unsur-unsur di
lingkungan kita juga sangat mempengaruhi persepsi kita. Faktor situasi ini
terdiri atas waktu, keadaan/tempat kerja, dan keadaan sosial.
Proses Yang Mempengaruhi Dalam
Mengambil Keputusan
Proses yang mempengaruhi. Adalah suatu kegiatan untuk
mempengaruhi individu ataupun kelompok baik maupun tidak baik yang
mengakibatkan terjadinya perubahan sikap, perilaku serta kebiasaan terhadap
indvidu maupun kelompok tersebut.Dalam proses mempengaruhi ini juga terdapat beberapa
faktor–faktor yang dapat mempengaruhi hasil akhir sebuah keputusan. Berikut ini
adalah elemen-elemen dalam proses mempengaruhi disuatu organisasi, yaitu:
orang yang mempengaruhi
metode mempengaruhi
orang yang dipengaruhi
Sedangkan metode untuk mempengaruhi, diantaranya:
Kekuatan
fisik, metode ini dilakukan menggunakan fisik, seperti menggunakan tangan dalam
mempengaruhi individu maupun kelompok (berhubungan dengan kekerasan).
Penggunaan
sanksi, metode ini dilakukan dengan memberikan sanksi kepada individu maupun
kelompok, sanksi yang diberikan berupa sanksi positif maupun negatif.
Keahlian,
metode ini dilakukan dengan keahlian, seseorang yang mempengaruhi mempunyai
keahlian dalam mempengaruhi individu maupun kelompok.
Kharisma
(daya tarik), dapat dikatakan metode ini merupakan metode yang cukup baik dan
tidak setiap individu memilikinya. Pada metode ini seseorang yang dipengaruhi
akan tertarik kepada orang yang mempengaruhi, karena orang tersebut memiliki
kharisma tanpa harus menggunakan kekuatan fisik, sanksi maupun keahlian.
Daerah pengaruh mencakup hubungan-hubungan :
Antara perseorangan
Kelompok dengan
seseorang
Seseorang dengan
kelompok
Hubungan antara Kekuasaan dan Pengaruhnya menutut
analisis French-Raven:
Analisis Etzioni
Analisis Nisbel [4]
Proses pengambilan keputusan secara rasional.
Pengambilan keputusan yang optimal adalah rasional.
Artinya dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam
batas-batas tertentu. Pilihan-pilihan dibuat mengikuti model pengambilan
keputusan enam langkah.
Model Rasional, Rujukan terhadap
pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai, berikut ini enam langkah dalam
model pengambilan keputusan rasional, diantaranya:
Penetapan
masalah, masalah itu ada karena adanya kesenjangan antara keadaaan nyata dan
keadaan yang diinginkan dari persoalan yang ada. Banyak keputusan buruk berasal
dari pengambilan keputusan yang meremehkan persoalan atau menetapkan masalah
yang salah.
Identifikasi
masalah, langkah ini membawa kepentingan nilai dan pilihan-pilihan yang
dianggap relevan. Mengidentifikasikan kriteria keputusan itu penting, karena
apa yang dianggap relevan oleh seseorang belum tentu relevan bagi orang lain.
Alokasikan
bobot pada kriteria, mempertimbangkan yang sudah diidentifikasikan sebelumnya
untuk memberi prioritas yang benar dalam keputusan.
Kembangkan
Alternatif, yang mungkin bisa berhasil menyelesaikan masalah.
Evaluasi
alternatif, pengambilan keputusan secara kritis menganalis dan mengevaluasi
masing-masing. Dilakukan dengan memeringkat setiap alternatif bedasarkan
masing-masing kriteria. Kekuatan dan kelebihan dari masing-masing alternatif
menjadi jelas ketika dibandingkan dengan kriteria dan bobot yang ditetapkan
dalam langkah kedua dan ketiga.
PIlihan
alternatif terbaik, mengevaluasi masing-masing alternatif terhadap kriteria
bobot dan memilih alternatif dengan skor total tertnggi.
Asumsi model pengambilan keputusan yang rasional:
Kejelasan
masalah. Masalahnya harus jelas dan tidak mendua. Pengambilan keputusan
diasumsikan memiliki informasi lengkap sehubungan dengan situasi keputusan.
Pilihan-pilihan
diketahui. Diasumsikan bahwa pengambil keputusan dapat mengidentifikasi semua
kriteria yang relevan dan dapat mendaftarkan semua alternatif yang dapat
dilihat.
Pilihan
yang jelas. Rasionalitas mengasumsikan bahwa kriteria dan alterbatif dapat
diperingkatkan dan ditimbang untuk mencerminkan arti pentingnya.
Pilihan
yang konstan. Diasumsikan bahwa krteria keputusan secara specifik itu konstan
dan bahwa beban yang ditugaskan kepada mereka itu stabil sepanjang waktu.
Tidak
ada batasan waktu. Pengambilan keputusan rasional dapat memperoleh informasi
lengkap tentang kriteria dan alternatif karena diasumsikan bahwa tidak ada
batas waktu.
Pelunasan
maksimum. Pengambilan keputusan rasional akan memilih alternatif yang
menghasilkan nilai yang dirasakan paling tinggi.
Intuisi
Sebagai suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam
pengalaman yang tersaring, instuisi berjalan secara tak bergantung dengan
analisis rasional, keduanya saling melengkapi [komplementer].
Pengambilan keputusan instuitif dapat memutuskan dengan cepat dengan informasi
yang terbatas. Kemungkinan dapat menggunakan instuisi dalam mengambil
keputusan, yaitu: [5]
Bila
tidak ada kepastian dalam tingkat yang tinggi
Bila
hanya sedikit preseden yang diikuti
Bila
variabel-variabel kurang dapat diramalkan secara ilmiah
Bila
fakta terbatas
Bila
fakta tidak dengan jelas menunjukan jalan untuk dituruti
Bila
data analisis kurang berguna
Bila
ada beberapa penyelesaian alternatik yang masuk akal untuk dipilih
Bila
ada waktu terbatas dan tekanan untuk segera mengambil keputusan yang tepat.
Tiga Kriteria Keputusan ETIS
Kriteria Utilitarian,
keputusan yang diambil bedasarkan hasil atau konsekuensi organisasi. Tujuan
utilitariananisme ini cenderung mendominasi keputusan bisnis, seperti:
efisiensi, produktivitas dan laba yang tinggi.
Kriteria yang menekankan pada hak. Kriteria ini mempersilahkan individu pada hak untuk
mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar,
seperti hak keleluasan pribadi [privacy], kebebasan berbicara dan proses
hak perlindungan.
Kriteria menekankan kepada keadilan. Kriteria ini mensyaratkan individu untuk mengenakan dan
memperkuat aturan-aturan secara adil dan tidak berat sebelah, sehingga ada
pembagiaan manfaat dan biaya yang pantas. Ketiga kriteria tersebut mempunyai
keuntungan dan kewajibannya masing-masing dalam penerapannya.
Hubungan PemIMpin dalam
organisasi
Pengertian kepemimpinan adalah faktor kunci dalam
suksesnya suatu organisasi serta manajemen. Kepemimpinan adalah entitas yang
mengarahkan kerja para anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan yang baik diyakini mampu mengikat, mengharmonisasi, serta
mendorong potensi sumber daya organisasi agar dapat bersaing secara baik.
Definisi kepemimpinan menurut
Stephen P Robbins, “the ability to influence a group toward the achievement
of goals”. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok
guna mencapai serangkaian tujuan. Kata “kemampuan”, “pengaruh” dan “kelompok”
adalah konsep kunci dari definisi Stephen P. Robbins.[6]
Prinsip pertama dalam kepemimpinan
adalah adanya hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Tanpa yang
dipimpin tidak ada orang yang perlu memimpin. Prinsip kedua adalah bahwa
pemimpin yang efektif menyadari dan mengelola secara sadar dinamika hubungan
antara pemimpin dengan yang dipimpin. [7]
Pembuatan keputusan tersebut tidak
dapat berdiri sendiri, tetapi ada berbagai faktor yang ikut mempengaruhinya,
sehingga untuk melakukan aktivitas pembuatan keputusan perlu adanya
faktor-faktor yang mendukung. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan
keputusan, yaitu:
Dinamika Individu dalam Organisasi.
Pembuatan keputusan di pengaruhi kedinamisan perubahan individu. Orang yang
berpendirian kuat akan lebih mudah di perkiraan pola pikirnya daripada orang
yang labil. Hal tersebut penting untuk di pahami oleh seaorang pemimpin dalam
pelibatan individu terhadap suatu keputusan.
Dinamika Kelompok dalam Organisasi.
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan harus mempertimbangkan kedewasaan
dan kepribadian kelompok kerja dalam organisasi. Kedewasaan tersebut meliputi
kesediaan memecahkan kepentigan pribadi dan kelompok untuk kepentingan
organisasi, melaksanakan kewajiban dan menerima haknya untuk kepentingan
organisasi, membina kerjasama serta kreatif dan inovatif demi peningkatan kerja
dalam organisasi.
Dinamika Lingkungan. Semua situasi dan
kondisi mempengaruhi dalam pembuatan keputusan. Sehingga pemimpin mesti melihat
dengan jelas lingkungan yang berpengaurh terhadap keputusan, kemudian mampu
dalam memanipulasi dan mendayagunakan lingkungan sebagai alat untung membantu
mengambil keputusan.
Contoh Kasus
Dari penjelasan diatas dapat diambil contoh, dalam kasus
pengambilan keputusan yang baru ini sedang ramai dibicarakan public, yaitu
dengan adanya pembentukan rancangan undang-undang (RUU) Pilkada tak langsung
yang diusulkan oleh partai dari koalisi merah putih.
Pembentukan RUU ini mengusulkan agar
pemilihan kepala daerah (PILKADA) dipilih langsung oleh DPRD. Tentu saja ini
membuat perdebatan antara kubu partai koalisi merah putih dengan
partai-partai yang mendukung
pemerintahan jokowi yang lebih menghendaki PILKADA secara langsung. Keputusan
yang dilakukan oleh partai merah putih ini membuat perdebatan diantara semua
kalang, termasuk rakyat Indonesia. Pasalnya dari koalisi merah putih ini
menyatakan pembentukan RUU PILKADA ialah bagian untuk membela rakyat, sedangkan
menurut kubu lain ini bukanlah membela kepentingan rakyat melainkan kepentingan
partai. Kedua kubu ini saling berdebat dalam pengambilan keputusan yang pada
akhirnya akan di sahkan oleh MPR. Dan pada akhirnya kubu merah putih ini
memenangkan keputusan yang mereka buat dengan terbentuknya pengesahan UU
PILKADA tak langsung oleh MPR.
Kesimpulan:
Dari penjelasan model yang telah disampaikan diatas,
dapat disimpulkan seorang pemimpin harus dapat membuat rencana setelah
alternatif terbaik dipilih, untuk mengatasi berbagai permasalahan yang mungkin
dijumpai dalam penerapan keputusan. Disini kita harus melihat resiko dan
ketidakpastian sebagai konsekuensi dibuatnya suatu keputusan.
Disamping itu, pada tahap
implementasi keputusan pemimpin juga perlu tindakan bila masalah baru muncul
dalam pembuatan keputusan, serta merancang persiapan untuk menghadapi berbagai
kemungkinan. Implementasi keputusan yang telah diambil harus selalu dimonitor.
Pemimpin harus meangevaluasi apakah implementasi dilakukan dengan lancar dan
keputusan memberikan hasil yang diinginkan.
Keberhasilan seorang pemimpin dalam
melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek
semata-mata, melainkan antara sifat, perilaku, dan kekuasaan-pengaruh saling menentukan sesuai
dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan-pengaruh mempunyai peranan sebagai
daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakkan, dan mengubah
perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Selain itu, seorang pemimpin harus
bertanggung jawab atas keputusannya yang dibuat dan tidak menyalahkan aturan
yang ada. Dalam membuat keputusan itu pemimpin akan mempengaruhi terhadap
anggotanya dan tentunya harus membuat organisasi itu maju, dengan kata lain
satu orang dapat memengaruhi semua orang jika keputusannya itu sesuai dengan
tujuan organisasinya.
RESUME
PROSES YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
Stephen P Robbins
Perilaku Organisasi, Jilid I, Edisi 9 Sandiego State
University;
indeks Kelompok Gramedia.
Pengambilan keputusan adalah unsur yang penting dalam kehidupan
organisasi. Organisasi merupakan suatu
unit sosial yang dikordinasikan secara sengaja, terdiri dari dua orang atau
lebih, untuk mencapai tujuan atau serangkaian tujuan. Orang-orang dalam
organisasi selalu saling menilai. Dalam banyak kasus penilaian ini mempunya
banyak konsukuensi untuk organisasi. Oleh karena itu pengambilan keputusan
merupakan baian penting dalam perilaku organisasi.
Pengambilan keputusan terjadi
sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah [problem]. Terdapat
penyimpangan antara suatu keadaan dewasa ini dan keadaan yang diinginkan, yang
menuntut penafsiran dan evaluasi terhadap informasi. Terdapat 2 faktor
menyebabkan stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. yaitu Faktor
Eksternal:
Kontras,
perubahan intensitas, pengulangan dan sesuatu yang baru. Sedangkan Faktor
internal terdiri dari: Pengalaman
atau pengetahuan, harapan, motivasi, emosi dan budaya.
Dalam proses pengambilan keputusan
yang optimal adalah dengan rujukan terhadap pilihan dan memaksimalkan
nilai (rasional). Terdapat enam langkah
dalam model pengambilan keputusan rasional, yaitu: penetapan masalah,
identifikasi masalah, alokasikan bobot kriteria, kembangkan alternatif,
evaluasi alternatif dan pilihan alternatif terbaik.
Bila para pengambil keputusan
berhadapan dengan suatu masalah dan mengevaluasi alternatif itu rendah, model
rasional memberikan suatu dekriptif yang cermat tentang proses keputusan.
Tetapi situasi tersebut merupakan kekecualian, kebanyakan keputusan dunia nyata
tidak mengikuti model rasional. Berikut ini adalah peninjauan suatu bukti yang
besar untuk memberikan deskripsi yang lebih akurat tentang bagaimana
sesungguhnya keputusan dalam organisasi diambil: Rasionalitas terbatas,
instuisi, identifikasi masalah, pengembangan alternatif dan membuat pilihan
untuk menghindari informasi yang terlalu sarat. Selain itu terdapat tiga
kriteria etis yang perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan, diantaranya:
Kriteria ultitarian, kriteria hak dan kriteria keadilan. Dengan memerhatikan
dan menerapkan tiga kriteria tersebut organiasi memberikan wewenang dan
mempunyai keuntungan terhadap masing-masing individu diorganisasi.
Peran-peran indivdu/ kelompok
didalam organisasi dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi hasil keputusan
diorganisasi, diantaranya adalah peran pemimpin, pengaruh pemimpin dalam
organisasi dapat menjadikan organisasi yang siap dan komitmen dalam mengambil
keputusan atau sebaliknya. Dengan kata lain satu orang dapat memengaruhi semua
orang jika keputusannya itu sesuai dengan tujuan organisasinya.